SEJERNIH EMBUN SEHANGAT MENTARI---Sekedar Mengenang

Hampir tenggelam matahari sore itu, tergantikan sang rembulan menemani perjalanan malam yang mengasyikkan. Suara binatang malam bersahut-sahutan mengisi sepinya suasana hutan. Ya...perjalanan mengarungi pegunungan bersama saudara-saudaraku The MATe yang menguras energi tetapi dijalani dengan semangat menuju suatu tujuan yang sama: PUNCAK.

Dengan memakai baju kebanggaan kita, slayer merah melingkar di pundak, serta ransel di punggung, selangkah demi selangkah jalan setapak kita lalui dengan penuh canda, sambil menikmati sekeliling yang tak begitu kentara... malam itu, hanya langit cerah yang terlihat begitu mempesona berhiaskan  taburan bintang malam yang luar biasa indahnya....Sungguh, tak akan ada yang bisa menandingi keindahan Ciptaan-Nya serta tak akan ada yang bisa menandingi cara-Nya mengatur alam beserta segala fungsinya.
Sesekali langkah harus terhenti, sekedar untuk menarik nafas, menyelaraskan denyut jantung, atau menghimpun tenaga. Gemricik air mengundang kita untuk menghampirinya. Kesegaran itu tidak akan mungkin kudapatkan di daerah tempat tinggalku yang telah padat penduduk dan sedikit pepohonan di sekitarnya. Tapi kami tidak ingin berlama-lama. Semangat dan keinginan yang begitu kuat menggapai tujuan seolah segera menghapus segala rasa yang melekat di badan...mungkin itulah kehebatan kekuatan pikiran yang tidak banyak disadari banyak orang.
Perjalanan bersama sahabat selalu terasa menyenangkan, tapi terkadang medan tidak semulus bayangan. Tanjakan yang terlalu tinggi, jalan yang berbatu dan licin, pohon besar yang tumbang terkadang harus  dihadapi. Bahkan turunan curam seringkali terlihat menakutkan apalagi jika disampingnya adalah jurang. Tapi kita selalu yakin kita akan mampu melewatinya. Tentu saja, karena kita tidak sendirian kawan... kita selalu bersama....tangan dan bahu saudara kita bisa menjadi tumpuan menghadapi segala tantangan. Begitu juga tangan dan bahu kita... pasti akan dibutuhkan oleh saudara kita yang lain. Semangat, keyakinan, kebersamaan, kekompakan, serta rasa persaudaraan kita adalah kunci melewati segalanya, hal yang dirasa berat sekalipun terasa mudah dan dapat dihadapi dengan senyuman. Suara obrolan, cerita, dan nyanyian selalu menemani perjalanan kita walaupun terkadang tidak jelas apa yang kita suarakan. Tapi yang kuingat satu ‘suara’ penyemangat kita selama perjalanan, yaitu dengan berteriak : “The MATe”, dan...i like that.
Dari jarak yang yang tidak terlalu jauh dari puncak, tenda kita buat untuk bermalam. Api unggunpun bergeliat di tengah-tengah kita mengusir dinginnya udara, menemani kita menghabiskan malam bersama. Ya, kita selalu menyempatkan waktu untuk duduk bersama, untuk sharing tentang berbagai macam hal demi kemajuan kita, kemajuan The MATe. Aku merasakan suatu kehangatan lain disana...kehangatan yang bukan berasal dari api unggun itu...tetapi dari kalian, saudaraku....sebuah kehangatan yang berasal dari kebersamaan kita, kebersamaan dari banyak individu yang berkumpul dalam satu wadah yang memiliki pandangan yang sama. Kebersamaan itu semakin berkembang dengan indahnya ketika kita menyadari serta mau menghargai bahwa kita memang berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai sifat yang berbeda, dan watak yang berbeda. Teringat ketika salah satu dari saudaraku ini mengatakan tentang watak ketika kita duduk di pelataran parkir FMIPA,
“watak itu bukan watuk, watak seseorang tidak bisa berubah dengan sangat cepat seperti watuk yang bisa disembuhkan dalam beberapa hari saja”.
Dan itu adalah bukti kalau kita memang mengakui bahwa kita memang mempunyai perbedaan watak, tetapi itu tidak pernah dijadikan alasan untuk kita tidak bisa bersama. Hati dan pikiran kita telah bersepakat bahwa kita adalah keluarga, bahwa kita adalah satu. Dan kehangatan itulah yang selalu aku rindukan dari kalian saudaraku...
Setelah istirahat beberapa saat, kita lanjutkan perjalanan menuju puncak. Waktu diatur sedemikian rupa sehingga kita berupaya bisa melihat lukisan Ilahi yang tiada banding, yaitu sunrise. Sesampai di tempat tujuan, apa yang kita rencanakan ternyata sedikit meleset, tetapi hal itu tidak mengubah kebahagiaan kita telah sampai pada tempat itu. Angin yang berhembus sedikit basah membawa embun pagi yang murni, menambah dinginnya udara. Kabut menyelimuti sekitar kita, menghalangi  pandangan, tetapi itu tidak lama. Matahari sudah cukup tinggi ketika mau menampakkan dirinya, tetapi sudah  cukup menghangatkan.  Pemandangan bumi dari atas luar biasa memukau sampai batas cakrawala, berwarna biru dilapisi awan putih bagai kapas terbang di atasnya.  Beberapa gunung tetangga juga ‘terlukis’ disana.  Suasana yang sangat mendukung untuk merenung dan  mengakui Kebesaran Yang Maha Pencipta, dan mengakui betapa kecilnya diri kita. Selayaknya kita sebagai manusia ciptaan-Nya yang telah diberi kenikmatan begitu besar dan indah berupa bumi dan isinya mau merawat, menjaga, dan melindungi titipan-Nya, yang pada akhirnya juga untuk kepentingan umat manusia.
Saudaraku, disini, bersama kalian, aku belajar banyak hal...tentang perjuangan, kerja keras, mandiri, menerima orang lain apa adanya, bisa menjadi diriku yang sebenarnya, persahabatan, dan tentunya aku banyak belajar mengenai lingkungan. Dan pelajaran itu sangat berharga bagiku dan sangat mempengaruhi kehidupanku. Aku pun yakin, kita akan menjadi satu keluarga selamanya, karena persaudaraan kita sejernih embun dan sehangat mentari pagi, tanpa didasari karena ingin mendapat “sesuatu” imbalan.
Category:

1 comments:

Unknown said...
This comment has been removed by a blog administrator.